ANTI NUTRISI & ENZIM

Penggunaan enzim pada dunia peternakan bukan merupakan hal baru lagi terutama pada peternakan yang menggunakan bahan pakan limbah pertanian seperti dedak yang mengandung banyak serat dan anti nutrisi. Jadi Apa itu enzim?

Enzim adalah bagian dari protein, yang mengkatalisir reaksi-reaksi kimia. Salah satu fungsi dari enzim dalam sistem pencernaan adalah enzim membantu memecah molekul besar menjadi potongan-potongan kecil yang lebih mudah diserap tubuh. Mekanisme kerja enzim di sistem pencernaan yakni substrat akan berikatan dengan sisi aktif enzim hasil dari ikatan tersebut akan menghasilkan komponen yang lebih kecil dan siap diserap oleh tubuh hewan. Contohnya enzim fitase yang memecah asam fitat (anti nutrisi) dan membebaskan  Fosfor, (Ca, P, Mg, Zn, Fe, Cu), Protein dan Pati.

Anti Nutrisi Enzim

Nah dalam paragraf diatas dijelaskan bahwa enzim dapat memecah antinutrisi. Nah Apa itu Anti Nutrisi? Anti Nutrisi adalah zat yang terdapat dalam ransum yang dapat menyebabkan racun bagi tubuh ternak. Adanya antinutrisi tersebut akan mengganggu proses pencernaan pakan, mempengaruhi kesehatan serta produksi hewan dengan cara menurunkan asupan nutrisi, menganggu sistem pencernaan dan proses penyerapan dan efek samping lainnya tergantung dengan kandungan antinutrisinya.

Berikut beberapa bahan antinutrisi yang banyak ditemukan pada pakan:

1. NSP (Non Stract Polysacarida)
NSP merupakan karbohidrat kompleks yang banyak ditemukan pada endosperm dinding sel dari biji sereal yang sifatnya sukar dicerna.

Bahan PakanSoluble NSP (%)Insoluble NSP (%)Total NSP (%)
Wheat / gandum2,49,011,4
Barley4,512,216,7
Rye4,68,613,2
Triticale1,714,616,3
Sorghum0,24,64,8
Corn / jagung0,18,08,1
Rice bran / bekatul0,521,321,8
Pollard1,733,635,3
Soybean / kedelai2,716,519,2
Sunflower seed4,523,127,6
Lupin4,632,036,6

NSP dapat menyebabkan peningkatan viskositas usus yang menyebabkan laju difusi pakan menurun dan menyebabkan penurunan kecernaan pakan karena ketidakseimbangan mikroflora usus dan berdampak pada kotoran basah (wet dropping). Sisa pakan yang tidak tercerna juga dapat dimanfaatkan oleh mikroba patogen hal ini yang menyebabkan terjadinya ketidakseimbangan mikroflora. Untuk mengurangi efek negatif dari NSP maka dibutuhkan enzim NSP yang dapat memecah dinding sel dan juga dapat menghasilkan karbohidrat bentuk simpleks yang dapat diserap oleh tubuh. Contoh enzim NSP yang dapat digunakan seperti, Amylase, Xylanase (Habio Xylanase) dan Mannase (Habio Mannanase) (Habio Multienzyme).

2. Asam Fitat
Asam fitat merupakan antinutrisi yang banyak ditemukan pada biji-bijian. Asam fitat merupakan senyawa sekunder yang mengikat kuat fosfor pada biji-bijian. Selain itu asam fitat dalam suasana asam (pH<4) dapat mengikat asam amino seperti arginin,lisin dan histidin sedangkan dalam suasana netral asam fitat akan mengikat mineral. Akibat ikatan tersebut nutrient tersebut tidak akan dapat diserap oleh usus. Untuk memecah ikatan tersebut dibutuhkan enzim fitase yang tidak dapat dihasilkan oleh tubuh hewan. Sehingga penambahan fitase dari luar sangat disarankan untuk membantu pemecahan asam fitat. Apalagi pada hewan monogastrik seperti ayam yang tidak menghasilkan enzim fitase maka penambahan enzim fitase (Habio Phytase)  (Habio Multienzyme) sangat disarankan.

3. Anti Protein
Antiprotein atau sering disebut juga protease inhibitor merupakan antinutrisi yang banyak ditemukan pada kedelai dan beberapa leguminosa. Protease inhibitor ini dapat menyebabkan terhambatnya aktivitas proteolitik khususnya pembentukan enzim tripsin. Terhambatnya aktivitas enzim tripsin dapat berpengaruh pada pencernaan protein karena tripsin adalah aktivator semua enzim yang dikeluarkan oleh pankreas. Pengaruh utama yang dapat disebabkan tripsin inhibitor bukan hanya menganggu pencernaan protein tetapi dapat menyebabkan sekresi berlebihan dari pankreas dan menyebabkan hipertropi. Protease inhibitor dapat dinetralisir dengan pemanasan ataupun dengan penambahan enzim protease (Habio Protease).

Untuk mengatasi permasalahan akibat antinutrisi maka penambahan enzim  dapat mengatasi problem tersebut. Terkhusus pada hewan monogastrik dan hewan muda yang belum bisa menghasilkan beberapa enzim seperti phytase, xylanase, mannanase, protease dll.